Sabtu, 11 Agustus 2012

5 menit

lima menit pertama ;

jalanan mulai berembun setelah tersiram berkah dari atas... masih sejuk bahkan semakin sejuk semenjak aku mulai dengan anagan dingin ku akan masa lalu ku



lima menit kedua :

anak2 mulai dengan sepeda BMX nya masing2, bak ofroder handal mereka membuat sejuk setelah hujan menjadi hiruk pikuk seru ala mereka dengan suara menderu kenalpot mulut mereka yang meraung, membahana memecah langit yang masih ingin muntah lagi....



lima menit ketiga :

aku mulai asyik dengan rokok gilingan yang ku beli satu ons di warung depan rumah, mulai asyik dengan kopi tubruk yang ku racik sendiri yang juga ku beli di warung depan rumah, suasana yang membuat kita kembali kemasa lima menit di tahun-tahun yang berlalu ketika kita seusia mereka, dengan pekik yang hampir serupa dengan kaki telanjang bersepak bola bak bintang sekelas toty masa seri A italia masih seru...di masa lima menit itu



lima menit ke empat:

lima menit terus berlalu, dengan suara bocah2 ofroder tetap meraung, dengan rokok dan kopi ku yang mulai sejuk meningalkan kehangatan di bibir hitam ku yang mulai memucat, menua dengan aktivitas yang tak mungkin ku lakukan seperti yang ku ingat dari menit ke tiga lalu



lima menit ke lima :

air-air mulai kembali tumpah ke bumi setelah lima menit, lima menit berlalu dengan riuh antara aku dan mereka yang masih bersua dengan genangan air yang mulai melumpur oleh aksi bocah -bocah riang. ada suara sholawat bergema dari mulut raksasa di sebelau rumah ku, dari gedung beratap limas dengan lima corong yang kubilang mulut raksasa, seperti gema yang selalu di pekikan untuk sang perkasa sejati. hari ini hari terakhir tahun ini tahun yang banyak tidak di kenal oleh mereka yang merasa beriman, malam ini malam pergantian tahun yang ku kenal setelah 1431berlalu, besok tahun ke 1432 untuk tahun yang baru. aku hanya bisa berucap dan berharap agar 5 menit dari sekarang dan yang akan datang, "aku mendapat berkah yang berlimpah, serta rahmat yang tidak pernah putus dari dia sang pemilik nama yang sering ku dengar dari bangunan beratap limas, bercorong besar yang mengeluarkan suara2 yang Agung, aku berharap kalian juga begitu...



lima menit berikutnya :

air suci mulai membasuh muka dengan gerakan yang monoton yang di ajarkan abah ku lima menit beberapa tahun lalu yang tetap ku ingat sampai sekarang sebelu aku dan keluarga berdiri berjejer di belakang abah, yang berdiri mematung dengan gerakan yang monoton pula, kata abah kita : bersua dengan Tuhan kita hanya dengan lima menit...untuk lima waktu yang telah di wajibkan untuk ku yang harus ku sampai kan untuk kalian dan berlanjut pada lima menit untuk anak-anak mu kelak. lima menit untuk hidup mu yang memang lima menit...abah ku memang seorang yang memegang lima menitnya untuk lima waktunya.... amin

dear my pink

kamu tidak peduli dengan kondisi ku setiapku ingin melelapkan mata,entah aku  melupakan apa yang terjadi barusan atau  apapun  yang akan terjadi nantiterhadap ku, kau begitu setia di setiap mata ku ingin menutup diri, yang kamu tau hanya melindungi ku, menjagaku, bahkan kamu tidak peduli harus berapa lama kau mendekapku dan untuk apa semua ini.
kisah ku dan diri mu bermula di kala aku ingin melelapkan sadar ku kealam mimpi-mimpi ku, yang memang semenjak aku ada di dunia, ibu sudah mengenalkan mu, sekarang aku sangat membutuhkan mu merindukan mu, dan kamu juga sangat merindukan ku untuk bercengkrama dengan mu lagi, kau begitu setia bahkan sangat setia dari mereka yang selalu mengucap kata itu ditelinga ku, kau hanya diam dengan kesetiaan mu, walau kau terkadang terliahat sangat rapuh, tapi selalu ada sikap setia untuk ku.
kau juga selalu hadir dalam setiap warna-warna yang selalu berbeda, tapi aku sangat menyukai warna mu yang pink, lembut, eksotik, feminim, walau terkadang aku setengah mati malu untuk mengakui bahwa kau milik ku seutuhnya, ya aku memilki mu apa pun kondisimu bahkan disaat aku muak untuk didekap saat sendu mata ku datang disadar dan ketidak sadaran ku.
kini setiap malam ku kau tidak pernah mendekapku kembali, seperti malam di tahun-tahun lalu
aku minta maaf telah mengabaikan mu selalama ini, maaf kan aku ya kelambu pink ku..he, aku sakit nie

dear , my pink

intelektual organik

Menurut model kuntowijoyo, dalam masyarakat kita ada beberapa klasifikasi kelompok masyarakat, yaitu : militer, bisnis, politisi, birokrasi dan intelektual.
Militer, Sistem pengetahuan mulilter, setidaknya berada pada dua hal yaitu disiplin dan konsensus. Disiplin menjadikan militer organisasi yang paling solid. Reference group yang solid itu berdampak pada self comfidence yang tinggi, sehingga kalau tidak hati-hati bisa jatuh pada disiplin yang kaku dan otoriter. Sementara konsensus sangat dipengaruhi oleh fenomena sejarah politik. Ketika dalam situasi revolusi, maka konsensus, baik vertical maupun horizontal adalah sesuatu yang dirasa perlu untuk dilakukan..
Bisnis,Kelompok masyarakat ini punya paradigma dan ideologi utilitarianistik, sehingga mereka tidak terlalu peduli sebuah model pemerintahan seperti apa yang sedang berjalan. Yang mereka pedulikan adalah apakah pemerintahan itu menguntungkan atau tidak dalam kacamata bisnis? Jadi agak musykil mengharapkan mereka menjadi reformer transformative bagi sebuah sistem yang demokratis, sebab mereka akan mendukung gagasan ini, jikalau menguntungkan proyek mereka. Kelompok ini kita sebut saha englightened self interest..
Politisi.The art of the possible adalah mindset kelompok ini. Bagi mereka collective interest lebih dominan ketimbang kebenaran, fakta, dan kadang-kadang mereka lebih memilih dikerangkeng dalam apa yang disebut “disiplin partai” dari pada memilih kesadaran, nurani. Obsesi mereka adalah kekuasaan.
Birokrat. Hirarki adalah jaringan yang bisa memerangkap kelompok ini dalam garis komando yang menuntut mono loyalitas seperti dalam militer. Selain itu juga kultur feodalistik masih mewarnai pola pikir mereka, maka bureauncratie curuption akan menjadi pelaku yang menggerogoti massa.
Intelektual. Mereka berumah diatas angin, kata W.S Rendra. Komitmen pada masa depan mengharuskan mereka bekerja dalam sepi, menjadi “Pertapa”, kata Kuntowijoyo. Intelektual merupakan lapis menengah yang relatif independen, dan visinya adalah concerned citizen. Tetapi ada intelektual yang menjadi teknisi dari elit kekuasaan, elit bisnis, atau sebuah OPP:mereka bukan intelektual tetapi avountourir. Jadi mungkinkah intelektual yang “berumah diatas angin”, yang bekerja dalam sepi laksana “pertapa” seperti yang disebutkan oleh W.S Rendra dan Kuntowijoyo diatas, menjadi reformer transformative? Rasanya ini terlalu elitis, kita butuh intelektual populis yang tidak detachment (berjarak) dengan realitas rakyat.
Maka untuk itu kita perlu menyimak apa yang diujarkan Antonio Gramsci, sebagaimana dikutip oleh Roger Simon:

“…kesalahan-kesalahan intelektual terdapat dalam keyakinan bahwa adalah mungkin untuk mengetahui tanpa pemahaman dan khususnya tanpa perasaan dan keinginan (passion)…

 Bahwa intelektual dapat menjadi seorang intelektual ..Jika ia berbeda dan melepaskan diri dari masyarakat – bangsa (popolo – nazione) tanpa perlu merasakan keinginan dasariah rakyat, memahami dan menghempaskannya dalam situasi histories tertentu , menghubungkannya secara dialektis dengan hukum-hukum sejarah, dengan konsep besar dunia… Sejarah dan politik tidak bisa diciptakan tanpa keinginan, tanpa keterikatan emosional antara intelektual dan masyarakat – bangsa hanya akan menjadi hubungan yang murni bersifat birokratis formal;intelektual akan menjadi sebuah kasta atau kependetaan…

Dan ketika rakyat semakin tercerahkan, maka Negara akan semakin demokratis dan terhindar dari kuasa Hegemonik., oleh Gramsci. Dari sinilah harapan kita akan sebuah peradaban yang disebut sivil society bisa diwujudkan. Gerakan pendidikan kritis ditingkat grassroot akan memungkinkan menjadikan masyarakat memiliki kesadaran akan hak-hak politiknya. Sehingga dalam proses bernegara rakyat tidak lagi menjadi obyek akan tetapi merupakan subyek perubahan.Oleh karena itu kita butuh intelektual yang memiliki keterlibatan langsung dengan realitas social, yang punya fungsi social, dan secara sadar terlibat dalam proses penyadaran dan pendampingan (advokasi) problem masyarakat. Inilah yang disebut

Jadi untuk untuk menciptakan political balances, maka pendidikan kritis bagi rakyat adalah key word yang menjadi keniscayaan.

BATAS


segala keterbatasan,di batas negara ini

kami akui itu,
kami sadari itu,
kami dari keterpencilan, nun jauh…
kami mengabdi padanya,
bukan tempat vaforit,
bukan tempat eksklusif,
bukan tempat termegah,
bukan tempat yang mahal,
tapi…
tetap harus berbuat,
sekecil apapun,
serendah apapun,
sebisa apapun,
tak perlu disanjung orang,
tak perlu dihormat orang,
tetap berkreasi,
terserah yang lain… peduli atau tidak!

Rabu, 12 Oktober 2011

mari berpikir dan menetapkan ukuran


kawan ku, Berpikir adalah pekerjaan kita sehari-hari. Namun sayangnya, kebanyakan manusia hanya menggunakan sedikit sekali potensi berpikir.Bahkan, masih banyak orang yang belum mengerti proses berpikir tersebut.dalam konteks berfikir tiga hal yang akan muncul adalah,
 pertama  menghadirkan ilmu yang harus diingat-ingat setelah terlupa dan hilang.manusia tidak terlepas proses belajar yang integral kurikulum juga hadir dalam wawasan pengalaman, yang harus tetap terjaga bukan hanya sebagai  bukan hanya  monumen dalam otak yang harus di ingat sekedar kenangan yang telah berlalu, yang terkadang hanya membuat kita bisa tertawa, atau  hanya senyum-senyum simpul sendiri. tetapi menjadi  wawasan ilmu itu sebagai cerminan.
kedua, melihat dengan mata hati pada hal yang dipikirkan, kawan ku,  kita tidak harus meliat persoalan yang kita hadapi hanya dengan pikiran yang rasional dengan alasan realistis saja, cobalah kita sesekali kita mengunakan pendekatan hati, dalam filafat sering di ungkapkan dengan bahasa nadhar, apabila secara terus meneruskan sistem berfikir demikian, kawan ku akan menemukan pencerahan hati, bahkan ini yang sering menjadikan sebagai kebijaksanaan yang luar biasa(amin).
ketiga, manusia berfikir untuk mencapai sesuatu yang baik, Sementara semuanya memilki proses, proses dan terus berproses, terkadang harus memulai  jalan hidup yang mungkin belum di dapatkan dengan jalan hidup yang sebelumnya, kawan ku ,pada masa seperti ini sebaiknya kita menyeberang dari suatu hal ke hal yang lain; dia menyeberang dari hal yang dipikirkannya menuju ke pengetahuan ketiga. Yang disebut dengan pengetahuan ketiga ini adalah tujuan dalam i’tibar itu...ingatlah kita harus segala proses akhir pada pikiran yang selalu untuk hijrah..walau kita harus meninggalkan zona yang sudah aman..dan pada akhirnya kita akan sampai pada batasnya, sampai pada ukuran-ukuran yang telah di tetapkan.
“… dan, Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqaan:2).......“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al Qamar:49)

semoga menjadi hikmah untuk , untuk mu, untuk kita yang mengagungkan kebenaran

kota baru ,ptk, 27/01/11

Senin, 15 Agustus 2011

sejarah konfrontasi indonesia- malaysia

pidato Bung Karno tahun 1963 yang isinya Ganyang Malaysia, sekilas kata katanya:

Ini dadaku, mana dadamu?Kalau Malaysia mau konfrontasi ekonomiKita hadapi dengan konfrontasi ekonomiKalau Malaysia mau konfrontasi politikKita hadapi dengan konfrontasi politikKalau Malaysia mau konfrontasi militerKita hadapi dengan konfrontasi militer

mukadimah:

Konfrontasi Indonesia-Malaysia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi saja adalah sebuah perang mengenai masa depan pulau Kalimantan, antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962-1966.
Perang in i berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961. Keinginan itu ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap Malaysia sebagai "boneka" Britania.

Latar belakang:

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Britania Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia.
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kepulauan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Malaysia apabila mayoritas di daerah yang ribut memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian yang dilanggar dan sebagai bukti imperialisme Inggris.
Konfrontasi Indonesia-MalaysiaSejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. 

Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia[1] dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia" kepada negara Federasi Malaysia yang telah sangat menghina Indonesia dan presiden Indonesia.

Perang
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari.
Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama Special Air Service.
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan Rejimen Askar Melayu Di Raja.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.
Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.
Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996.
Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Regimen Askar Melayu Di Raja.
Demonstrasi anti-Indonesia
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, di mana para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak.
Howard Jones, Duta Besar AS saat itu, melaporkan kepada Washington bahwa ia bertemu Soekarno. "Saat itu Soekarno marah besar.... Tidak ada lagi pertukaran salam. Tak ada basa-basi…. Menjawab pertanyaan saya, apakah situasi sudah terkendali, Soekarno meledak dan mengutuk tindakan Tunku. "Sejak kapan seorang kepala negara pernah menginjak-injak lambang negara lain?" Soekarno juga menyebutkan fotonya yang dirobek dan diinjak-injak. "Rakyat Indonesia sudah murka! Ini Asia, tahun 1963. Saya juga amat beremosi!(telegram dari Kedubes AS di Indonesia kepada Departemen Luar Negeri AS, 19 September 1963)
Howard Jones menyatakan simpatinya, tetapi ia menekankan bahwa Indonesia tak bisa mengandalkan bantuan AS jika Soekarno ingin melakukan balas dendam. Sementara itu, TNI Angkatan Darat terpecah: Jenderal Ahmad Yani tidak bersedia mengerahkan pasukan untuk menyerbu Malaysia karena tidak merasa tentara Indonesia cukup siap menghadapi Malaysia yang dibelakangi Inggris. Namun, Jenderal AH Nasution setuju untuk mengganyang Malaysia karena ia khawatir isu Malaysia akan ditunggangi PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia.
Saat itu PKI merupakan pendukung terbesar gerakan mengganyang Malaysia, yang dianggap antek neokolonialisme dan imperialisme. Namun, pertimbangan PKI bukan didasarkan sekadar idealisme. PKI berusaha membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia dan menempatkan PKI sebagai gerakan nasionalis yang lebih nasionalis daripada tentara untuk memperkuat posisinya dalam percaturan politik di Indonesia, yang saat itu berpusat pada Soekarno, tentara, dan PKI.
Melihat dukungan tentara yang setengah-setengah, Soekarno kecewa, padahal ia ingin sekali mengganyang Malaysia. Sejak saat itulah, hubungan Soekarno dan PKI bertambah kuat, apalagi setelah tentara sendiri mengalami kegagalan dalam operasi gerilya di Malaysia. Penyebab kegagalan itu bukan karena tentara Indonesia tidak berkualitas, tetapi para pemimpin TNI Angkatan Darat di Jakarta tidak tertarik untuk mengeskalasi konfrontasi.
Kita harus memerhatikan secara saksama jalur pemikiran para pemimpin Angkatan Darat saat itu. Mereka menghadapi buah simalakama. Mereka tidak mau mengeskalasi konflik karena tidak tak yakin akan bisa menang menghadapi Inggris. Di sisi lain, jika mereka tak melakukan apa-apa, Soekarno akan mengamuk. Tak peduli keputusan apa yang diambil, PKI akan tetap untung.
Akhirnya, para pemimpin Angkatan Darat mengambil posisi unik. Mereka menyetujui perintah Soekarno untuk mengirimkan tentara ke Kalimantan, tetapi tak akan benar-benar serius dalam konfrontasi ini agar situasi tak bertambah buruh menjadi perang terbuka Indonesia melawan Malaysia-Inggris (dan Australia-Selandia Baru). Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang.(JAC Mackie, 1971, hal 214)
Kekhawatiran Soekarno
Namun, pada saat yang sama, gagalnya konfrontasi juga berakibat buruk bagi para penentang PKI, seperti Partai Murba. Posisi PKI menguat, sampai 25 November 1964.
Kepada Washington, Howard Jones melaporkan, Adam Malik, Chaerul Saleh, Jenderal Nasution, Jenderal Sukendro, dan banyak lagi yang lain meminta Pemerintah AS membantu menyelamatkan kaum moderat di Indonesia dari posisi mereka yang amat sulit (akibat menguatnya posisi PKI)…. Sebagian tentara Indonesia merasa malu karena gagalnya usaha mengganyang Malaysia.(telegram dari Kedubes AS di Indonesia kepada Departemen Luar Negeri AS, 25 November 1964)
Sementara itu, secara internasional pun posisi PKI bertambah kuat dengan semakin dekatnya hubungan Indonesia dengan China-Beijing. Kedekatan ini disebabkan kesuksesan China dalam menguji bom nuklir dan dukungan Beijing kepada konfrontasi Malaysia. Di sisi lain, Soekarno merasa khawatir dengan PKI yang dianggap terlalu kuat. Namun, masalahnya, ia amat memerlukan PKI untuk mengganyang Malaysia, apalagi karena Indonesia sendiri sudah terkucil di lingkungan internasional akibat konfrontasi tersebut.
Kekhawatiran Soekarno terlihat dalam dokumen CIA yang baru dideklasifikasikan beberapa tahun lalu, bertanggalkan 13 Januari 1965. Dokumen itu menyebutkan, dalam sebuah percakapan santai dengan para pemimpin politik sayap kanan, Soekarno menyatakan tak bisa menoleransi gerakan anti-PKI karena ia butuh dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia. Ia menyatakan, namanya sudah "jatuh" di dunia internasional dan Indonesia dianggap negara gila karena keputusannya membawa Indonesia keluar dari PBB. Namun, Soekarno menekankan, suatu waktu, "giliran PKI akan tiba" dan saat itu gerakan menentang PKI sama dengan gerakan untuk menentang Soekarno. Soekarno berkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu." Soekarno mengakhiri percakapan itu dengan berkata, "Untukku, Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."
Dari sini terlihat, kedekatan Soekarno dengan PKI diakibatkan gagalnya TNI Angkatan Darat memenuhi keinginan Soekarno mengganyang Malayia. Soekarno di sini terlihat bukan sebagai antek atau pendukung PKI, tetapi ia memang berusaha menggunakan PKI untuk membantu kebijakannya dalam mengganyang Malaysia. Kegagalan para pemimpin TNI Angkatan Darat juga membuat tentara-tentara, seperti Brigadir Jenderal Suparjo kesal kepada para pimpinan Angkatan Darat. Mereka akhirnya merasa perlu melakukan operasi untuk mengadili para pemimpin TNI Angkatan Darat yang dianggap berkhianat kepada misi yang dibebankan Soekarno. Untuk melakukan hal ini, mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orang dari PKI karena dianggap memiliki misi yang sama, yakni mengganyang Malaysia. Hal ini akhirnya menyebabkan peristiwa yang sampai sekarang disebut sebagai G30S/PKI.

sumber :Artikel Kompas bertajuk "Sukarno, Malaysia, dan PKI" tanggal Sabtu, 29 September 2007





Peta Sebagai Sebuah “Penulisan Sejarah”

Ada banyak pengertian atau defenisi peta yang lazim dikemukakan. Beberapa di antaranya menyebut bahwa peta adalah penggambaran atau penglukisan konvensional muka bumi yang menunjukkan letak tanah, sungai, gunung, laut, selat, teluk, tanjung, dan lain sebagainya; atau suatu representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat permukaan, peruntukan lahan; atau suatu gambaran dan lukisan yang menyatakan letak sesuatu; atau denah sesuatu di muka bumi. Di samping itu, lazim dan bahkan menjadi bagian yang tidak boleh diabaikan, peta harus memiliki skala tertentu dan simbol-simbol tertentu. Peta berfungsi sebagai alat analisis, alat komunikasi, catatan visual permanen alat peraga dan media pembelajaran.
Perkembangan, pertumbuhan, penggunaan, pemakaian, dan penghargaan terhadap peta paralel dengan tingkat kebudayaan masyarakat pendukungnya. Masyarakat dengan tingkat kebudayaan yang bersahaja memiliki peta yang sederhana. Sebaliknya masyarakat dengan tingkat kebudayaan yang maju memiliki peta yang kompleks. Hal sama juga berlaku pada penggunaan, pemakaian dan penghargaan terhadap peta. Tingkat penggunaan, pemakaian dan penghargaan terhadap peta pada masyarakat dengan kebudayaan yang maju jauh lebih sering, sungguh-sungguh dan tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat dengan kebudayaan yang lebih bersahaja.
Peta adalah produk kebudayaan. Sebagai produk kebudayaan, peta adalah sesuatu yang dinamis. Senantiasa ada perubahan terhadap bentuk, format dan kualitas peta. Teknologi dan hasil pembuatannya terkait erat dengan perkembangan unsur teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada dalam unsur-unsur kebudayaan masyarakat pembuatnya. Semakin tinggi kebudayaan (khususnya unsur teknologi dan ilmu pengetahuan) masyarakat pembuatnya semakin canggih teknologi pembuatan peta, semakin detil lukisan yang disajikan, serta semakin beragam wujud, bentuk dan corak peta yang diproduksi.
Masyarakat Babilonia (2300 SM), yang dianggap sebagai penemu pertama peta, dengan teknologinya yang relatif “sederhana”, “hanya” mampu membuat peta yang “sederhana” pula. Masyarakat yang tinggal di kawasan Eufrat dan Tigris ini “hanya” mampu membuat peta dengan jalan menoreh/mengukir lempengan tanah yang dikeraskan. Rupa bumi yang dideskripsikan juga terbatas, hanya meliputi suatu bagian kecil kota atau wilayah, yang hanya mencakup sebagian wilayah pemukiman serta irigasi yang mereka miliki. Relatif terbatasnya rupa bumi yang mereka tampilkan, karena itulah “dunia” yang mereka kenal, dan sesungguhnya itulah “dunia” yang penting bagi mereka.
Yunani dan Romawi yang memiliki kebudayaan maju dan mengagumkan, yang banyak membuat bangunan besar dari batu atau marmar juga membuat peta dengan menggunakan bahan batu atau marmar. Sama dengan yang dilakukan pembuat peta Babilonia, peta Yunani dan Romawi ini juga ditorehkan/dipahatkan pada batu atau marmar. Di samping itu mereka juga melukis batu atau marmar tersebut. Salah satu peta buatan zaman klasik ini dikenal dengan sebutan marbel map atau puzzle map. Teknologi pembuatan peta pada batu dan marmar pasti jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan pembuatan peta pada tanah yang dikeringkan. Majunya teknologi pembuatan peta era Yunani dan Romawi juga terlihat dari ukuran peta yang dibuat. Informasi yang disajikan juga lebih lengkap. Dari satu marble map yang ditemukan, diketahui bahwa peta tersebut menggambarkan dengan cukup detil wajah kota Roma, seperti berbagai bangunan, jalan dan tangga yang ada di seantero kota tersebut pada abad ke-2 SM. Ukuran peta yang dibuat pada masa Yunani dan Romawi ini jauh lebih besar. Di samping teknologi yang telah maju, ilmu pengetahuan masa itu juga telah berkembang dengan pesat. Pengetahuan, dalam artian ilmu bumi telah tumbuh dan berkembang, bahkan ahlinya telah menghasilkan karya yang luar biasa. Salah satu di antaranya adalah Claudius Ptolomeus. Ilmuwan ini, tidak hanya sekedar ahli ilmu bumi, tetapi juga pembuat peta (kartografer) yang unggul. Dia termasuk salah seorang ilmuwan perintis atau peletak dasar pembuatan peta moderen. Dia berhasil membuat deskripsi atau gambaran atau ‘peta’ mengenai dunia. Namun “peta asli” sebagai buah tangan yang sesungguhnya dari ilmuwan yang hidup pada abad ke-2 M ini tidak pernah ditemukan. ‘Peta’ dunia itu dideskripsikan Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographia (ca. 150 SM). Dan peta yang dirancang Ptolomeus ini diwujudkan menjadi “peta yang sesungguhnya” pada abad ke-15 M.
Rupa bumi yang ditampilkan dalam peta Yunani/Romawi juga memperlihatkan “dunia” yang mereka kenal waktu itu. Di samping mendeskripsikan kota, “negara” atau “kerajaan” mereka sendiri, peta yang dihasilkan pada zaman tersebut juga telah menampilkan rupa bumi di kawasan yang jauh dari negeri mereka. Bahkan bila dicermati “peta dunia” karya Ptolomeus dapat dikatakan bahwa peta tersebut telah menampilkan sebagian dunia yang kita kenal dewasa ini (sampai ke India dan China serta Afrika). Hal ini bisa dimengerti, bahwa ilmu dan pengetahuan orang saat itu sudah jauh melampaui batas-batas teritorialnya. Persintuhan dan kontak mereka dengan orang luar telah demikian intensif saat itu.
Pada kurun waktu abad ke-6 hingga 14/15 M), atau pada masa Abad Pertengahan (dalam sejarah Eropa) dan pada era gilang gemilang (dalam peradaban dan kebudayaan Islam), teknologi pembuatan peta semakin maju. Kertas telah dipergunakan dan “coretan” atau “lukisan” pada kertas telah dilakukan. Di samping peta sebagai gambaran rupa bumi yang “sesungguhnya” juga dikembangkan peta model “denah”. Mutu peta sudah meningkat dengan sangat signifikan. Rupa bumi yang disajikan juga sudah demikian luas, “dunia” yang ditampilkan sudah meliputi sebagian besar dunia yang dikenal sekarang. Perkembangan yang sama tetap berlanjut pada periode-periode berikutnya, terutama sekali pada era moderen yang ditandai dengan penemuan berbagai alat pembuat peta serta mesin cetak. Wajah dunia yang ditampilkan pada era moderen ini, yang diawali dengan penemuan “dunia baru”, juga semakin luas dan utuh. Bagian bumi yang pada masa sebelumnya tidak pernah nampak dalam berbagai peta, seperti kawasan Amerika dan Australia mulai ditampilkan. Dan seiring dengan semakin tingginya kontak serta hubungan dengan dunia baru tersebut maka dunia yang sesungguhnya hadirlah sudah dalam peta. Perkembangan ini tetap berlanjut hingga saat sekarang, sesuai dengan yang kita lihat bersama.
Pada era Eropa/Amerika, Eropa/Amerika di pusat dunia
Sebagai produk kebudayaan, peta sebagaimana dia dilukiskan dan dideskripsikan tidak hanya menampilkan unsur ilmu, pengetahuan dan teknologi masyarakat pendukungnya, tetapi juga jiwa zaman dan latar belakang budaya serta politik yang berkembang pada saat peta tersebut dibuat. Setiap zaman melahirkan peta yang sesuai dengan “suasana batin” zaman yang bersangkutan. Setiap zaman juga melahiran peta yang sesuai dengan latar belakang budaya dan politik zaman tersebut.
“Regionalisme”, dalam artian daerah di mana peta dibuat adalah daerah yang paling hebat dan penting, merupakan salah satu ciri utama hadirnya semangat zaman dan adanya pengaruh budaya/politik dalam pembuatan sebuah peta. Ciri “regionalisme” ini diwujudkan dengan menempatkan daerah di mana peta itu dibuat pada posisi sentral peta. Peta yang dibuat pada Abad Pertengahan, suatu zaman sangat kental dengan aroma keagamaan (Kristen) telah melahirkan peta yang menempatkan pusat kelahiran agama itu pada posisi terpenting (pusat) peta dunia. Hal ini terlihat dengan sangat jelas pada peta T-O, seperti yang dirancang ilmuwan Isidores dari Sevilla pada abad ke-7 M. Dalam deskripsinya ini, sang ilmuwan menempatkan Jerusalem pada titik tengah peta, dan sebagaimana diketahui Jerusalem adalah kota terpenting dalam agama Kristen. Hal yang sama sebetulnya juga hadir pada peta yang dibuat oleh kartografer Islam, Al Idrisi misalnya. Dia menempatkan Arab pada titik tengah dari peta dunianya. Jiwa zaman yang menempatkan daerah pembuat peta pada posisi sentral tetap berlanjut pada masa-masa berikutnya. Pada “era awal Eropa”, orang Eropa menempatkan Eropa pada titik tengah peta dunia dan kecenderungan itu tetap berlanjut hingga saat sekarang. Di Amerika, kartografernya juga menempatkan benua tersebut pada posisi tengah peta dunia. Orang Asia, terutama China juga melakukan hal yang sama. Pada abad ke-18 dan 19 peta yang dibuat di negeri tersebut telah menempatkan China (Asia) pada posisi tengah peta dunia. Peta dunia yang semula dikembangkan di China inilah yang kemudian menjadi patokan (dasar) bagi peta-peta yang dibuat di kawasan Asia (terutama di kawasan Asia Timur dan Tenggara serta Selatan) dalam membuat peta dunia di negeri/negara mereka hingga saat sekarang. Karena itu, pada peta dunia yang lazim ditemukan di Indonesia atau kawasan sekitarnya senantiasa menempatkan Asia pada posisi tengahnya.

disadur dari blog direktorat seografi sejarah : Makalah disajikan pada kegiatan “Bimbingan Teknis Pemetaan Sejarah Tingkat Lanjut” Direktorat Geografi dan Sejarah, Direktorat Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Parwisata, di Puncak, Bogor, 23-28 Mei 2011.

Sejarah Jalur Sutra (Silk Road)


Kalau ada Konser Kitaro silk road world tour 2011 yang akan live di jakarta, mengingatkan kita pada Silk Road atau Jalur Sutra yang juga sampai di Indo

nesia masa itu. Silk Road adalah nama yang diberikan seorang Jerman bernama von Richthofen pada Abad-18M, untuk jalur darat yang menghubungkan Cina dengan Eropa. Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, di masa Dinasti Han yang mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan dan Timur Tengah, namun Jalur Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari banyak jalur yang bercabang-cabang, dan digunakan untuk perdagangan berbagai komoditi selain sutra seperti gading, tanaman, emas. Secara garis besar terdapat tiga jalur, di utara, tengah dan selatan.

Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa hingga Laut Mati, melalui Urumqi dan Lembah Fergana. Jalur Tengah menghubungkan Cina dengan Eropa hingga tepian Laut Meditrrannia, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju Persia. Jalur Selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran dan India, melalui Dun-huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Di Cina, Jalur Sutra berujung di Changan atau Xian, ibukota kerajaan, ke arah barat melewati koridor Gansu, menuju Dun-huang di sisi Gurun Taklimakan. Jalur utara mulai dari Dun-huang dan Yu-men Guan, menyeberangi Gurun Gobi menuju Hami (Kumul), lalu menyisir kaki Tian-shan di bagian utara Taklimakan. Setelah oasis Turfan, menuju Urumqi dan Lembah Fergana untuk masuk Eropa hingga Laut Mati. Jalur ini bercabang di Turfan, ke oasis Kucha, menuju Kashgar di kaki Pamirs.
Jalur selatan mulai Dun-huang, melewati Yang Guan, menyusuri sisi selatan Taklimakan, melalui Miran, Hetian (Khotan) dan Shache (Yarkand), menuju utara lalu menuju Kashgar. Masih ada beberapa cabang jalur, salah satunya bercabang dari jalur selatan menuju sisi timur Gurun Taklimakan ke kota Loulan, lalu bergabung dengan jalur utara di Korla. Dari Kashgar yang simpang lalulintas Asia, ada jalur menyeberangi Pamirs menuju Samarkand dan menuju selatan ke Laut Kaspia; atau jalur ke selatan melewati Karakorum menuju India; dan sebuah jalur lain menuju Kuqa, menyeberangi Tian-shan, menuju Laut Kaspia melalui Tashkent.



Asal-usul Sutra dan Perkembangan Sutra di Cina
Legenda Cina memberi gelar Dewi Sutra kepada Putri Hsi-Ling-Shih, istri Kaisar Kuning yang mistis, yang disebut memerintah Cina sekitar tahun 3000SM. Putri Hsi-Ling-Shih dianggap berjasa memperkenalkan ulat sutra dan cara pengembakbiakannya. Pada tahun 1927 ditemukan kepompong ulat sutra dari masa 2600-2300SM di bantaran Sungai Huangho, Propinsi Shanxi, Cina sebelah utara. Di Qianshanyang, Propinsi Zhejiang ditemukan pita, serat sutra, dan perca, dari masa sekitar tahun 2000SM. Di bagian hilir Sungai Yang-tze bahkan ditemukan sebuah cangkir kecil dari gading bermotif-hias ulat sutra, alat tenun, serat sutra dan perca dari masa antara 6000-7000SM.
Pada awalnya sutra hanya boleh digunakan di kalangan istana (raja, kerabat dekat, pejabat tinggi). Di dalam istana, kaisar mengenakan jubah sutra putih, di luar istana kaisar dan permaisurinya mengenakan jubah sutra kuning. Pada Abad-5SM, paling tidak terdapat enam propinsi Cina penghasil sutra. Setiap musim semi, Permaisuri memimpin langsung upacara pembuatan sutra. Kerahasiaan teknik dan proses pembuatan sutra dijaga ketat oleh kerajaan. Barangsiapa membuka rahasia, atau menyelundupkan telur atau kepompong sutra ke luar Cina, akan dihukum mati. Secara bertahap produksi kain sutra menjadi industri dan elemen penting ekonomi Cina, sutra digunakan sebagai instrumen musik, tali pancing, tali busur panah, tali pengikat, dan kertas tulis. Akhirnya orang kebanyakanpun boleh mengenakan pakaian sutra. Pada masa Dinasti Han [206SM-220M] sutra tidak lagi sekedar produk industri atau barang dagangan. Petani membayar pajak dengan beras dan sutra, pegawai menerima gaji dan hadiah sutra.

[Lukisan Jalur Sutra Saint oleh John Perse: Pemenang Nobel, 1960]

Lukisan Jalur Sutra Saint oleh John Perse: Pemenang Nobel, 1960
Perdagangan Sutra
Sutra menjadi komoditi perdagangan internasional Cina yang sangat berharga antara. Perdagangan sutra telah terjadi jauh sebelum Jalur Sutra dibuka resmi pada Abad-3SM. Di desa Deir el Medina dekat Thebes, Lembah Raja-raja, Mesir, situs makam para pekerja raja Mesir, ditemukan mummi seorang wanita berusia antara 30-50 tahun. Mummi tersebut mengenakan sutra. Berdasarkan data anthropologis, metode mummifikasi, keadaan makam dan ‘amino-acid racemization’, mummi tersebut dinyatakan berasal dari sekitar tahun 1070, masa Dinasti Ke-21! [G.Lubec, J. Holaubek, C. Feldl, B. Lubec, E. Strouhal. NATURE, March 4, 1993]. Sebelum temuan ini, tercatat bahwa sutra digunakan di Mesir pada masa Dinasti Ptolomeik (sekitar Abad-3), termasuk Cleopatra.
Pada Abad-4SM, orang-orang Yunani dan Roma mulai berbicara tentang Seres, Kerajaan Sutra. Beberapa sejarawan menceritakan bahwa pasukan Marcus Licinius Crassus, Gubernur Siria, adalah orang Romawi pertama yang matanya silau (dalam arti sebenarnya) karena sutra. Dalam pertempuran Carrhae dekat Sungai Efrat, tahun 53SM, para serdadu Romawi panik karena mata mereka silau oleh kilauan sutra rompi pelindung serdadu Partian. Dalam waktu satu dasawarsa sutra Cina menjadi pakaian eksklusif elit Roma (seluruh pakaian Kaisar Heliogabalus [218-222] terbuat dari sutra), tapi segera meluas ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan yang terendah, seperti dicatat Marcellinus Ammianus, tahun 380. Permintaan sutra semakin meningkat, sehingga harga sutra di Roma sangat tinggi (sepotong sutra dari jenis terbaik berharga 300 denarii, senilai gaji setahun prajurit Romawi). Banyak sumber menyatakan bahwa permintaan tinggi sutra impor telah merusak sendi-sendi ekonomi Romawi.
Pada Abad-2SM, duta Kaisar Wu-Ti dari Dinasti Han mengunjungi Persia dan Mesopotamia, membawa berbagai hadiah, termasuk sutra. Kejayaan sutra dan Jalur Sutra berlanjut di masa Dinasti Tang [618-907], seperti terbukti dari banyak penemuan arkeologis (penemuan Aurel Stein tahun 1907 adalah salah satu yang paling dramatis). Stein menemukan lebih dari 10,000 naskah, berbagai lukisan, kain dan panji sutra di sebuah ruangan di Gua Seribu Buddha, dekat Dunhuang, sebuah tempat perhentian di sebelah baratlaut Gansu. Artefak itu adalah barang yang disembunyikan para biarawan Buddhis karena adanya sinyal serangan suku Tangut dari Tibet, sekitar tahun 1015.

Perdagangan Jalur Sutra
Selama satu milenium berikutnya, produk gelas Jahudi dan kain linen menjadi barang dagang utama yang dipertukarkan dengan sutra dan rempah dari Cina dan India. Kayumanis (cinnamon), cassia (kulit kayu bahan pembuat kayumanis), jade, kamper, dan produk Cina lainnya memiliki pasar yang bagus di Barat. Rujukan terawal dalam naskah tentang produk dari Asia Timur (cinnamon dan cassia), terdapat di Kel30:23: Musa diperintahkan untuk mengambil "rempah-rempah pilihan, mur tetesan limaratus syikal, dan kayu teja (kayumanis) yang harum (kinamon besem) setengah dari itu". Dalam Kel.30:24 disebutkan bahwa Musa diperintahkan untuk mengambil "kayu teja (kayumanis, cassia, kiddah) lima ratus syikal".
Dalam naskah Mishnah, seorang tokoh halakah Rabbi Chiyya bar Abba disebut sebagai salah seorang peniaga Timur-Dekat, yang memperdagangkan tiga barang dagangan utama di sepanjang jalur ke Cina, yaitu: barang-barang dari kaca, rami halus, dan linen.Herodotus (485-425SM) menyatakan bahwa kata Yunani kinnamomon berasal dari Kanaan (3.111). Begitu pula kata yang digunakan dalam Kitab Keluaran untuk cassia, kiddah, muncul dalam bahasa Yunani menjadi Kitto. Kata lain dalam Alkitab kes’iah (Maz45.9), menjadi kata Yunani Kasia. Transkripsi kata Aram ke bahasa Yunani menunjukkan bahwa para pedaganglah yang pertama kali membawa rempah tersebut dari abad-5SM dari Asia Timur ke Kawasan Mediterranean sebagai barang dagangan. Sebuah manuskrip Latin abad-4, Descriptus Orbis, menyebutkan Beth Shean sebagai sebuah kota pemasok kain bagi seluruh dunia. Keunggulan tekstil dan pakaian yang diproduksi kalangan Jahudi Beth Shean juga diakui oleh Kaisar Romawi Diocletian.
Pada tahun 296 Diocletian menerbitkan dekrit yang menetapkan patokan harga dan upah di seluruh kekaisaran Romawi, produk tekstil Beth Sean menduduki tempat teratas. Untuk produk kaca, dekrit itu hanya mendaftar dua jenis saja, yaitu vitri Ijudaici (barang produk kaca Jahudi) dan vitri Alessandrini (barang produk kaca Alexandria). Kaisar Romawi lain, Hadrian, menyatakan bahwa Jahudi adalah produsen kaca Alexandria. Kedua hal ini menyatakan Jahudi adalah produsen kaca kelas dunia di masa Romawi. Aurel Stein menemukan berbagai serpihan kaca kepingan di berbagai situs di sepanjang Jalur Sutra di Kawasan Xinjiang Cina. Stein juga menemukan berbagai jenis naskah yang ditulis pada kertas atau kayu, dalam berbagai bahasa termasuk Aram.

Tulisan ini mengingatkan penulis pada daerah Wajo dan Soppeng yang merupakan lokasi pengembangan industri Kain Sutra. Industri ini dikelola secara tradisional oleh penduduk, walaupun ada pula yang difasilitasi pemerintah, seperti pabrik pemintalan benang sutra di Tajuncu, Kabupaten Soppeng. Tahun 1970 sampai 1980 an, masih banyak ditemui perkebunan murbei, dirumah-rumah penduduk rata-rata terdapat usaha tenunan sutra, tanaman makanan ulat sutra yang kemudian menjadi kepompong. Namun kini pemandangan seperti itu jarang lagi ditemui di daerah ini. Pada hal, kain sutra merupakan salah satu andalan dalam negeri sampai sekarang. Mampu kah kita sebagai generasi penerus memahami konteks Jalur Sutra sebagai motivasi untuk menghadapi tatangan global, sejarah telah membuktikan, bukan hanya nonton konser, tapi memaknai judul itu dan menjadi semangat baru.

Pasti banyak yang bertanya-tanya, gimana sih Jalur Sutra itu di Nusantara waktu itu?........nantikan pada tulisan berikutnya....

________________________________
Sumber: Tulisan di sadur dari Blogs Hery Perdana dengan alamat http://tulisdunia.blogspot.com/2009/10/sejarah-jalur-sutra-asal-usul.html dan di edit kembali oleh Rijal

syok sosial

Perubahan sosial merupakan suatu keharusan sekaligus sebuah tuntutan bagi masyarakat Indonesia dewasa ini. Perubahan sosial ini menuntut reinterpretasi terhadap hukum nilai sosial. Hukum nilai sosial ini tidak dibuat semata-mata sebagai tradisi teks yang sifatnya sangat normatif namun terdapat tradisi lain yang berada diluar teks tersebut. Tradisi ini disebut tradisi konteks atau perubahan sosial. Untuk menjaga keseimbangan kedua tradisi tersebut dalam setiap perjalanan zaman perlu mendapat perubahan-perubahan, sehingga tercipta eksistensi dan reaktualisasi nilai teks dalam konteks tersebut.

Perubahan sosial menyangkut banyak hal. Pada dasarnya perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan penting menyangkut struktur masyarakat (artinya pola-pola tindakan dan interaksi sosial), nilai-nilai hidup serta aneka produk dan simbol budaya baik yang berlangsung secara bertahap-mulus maupun penuh dengan kekerasan, serta banyak jenis perubahan lain dalam tata masyarakat.

Perubahan sosial yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan beberapa ketidakseimbangan kehidupan bagi masyarakat. Societal problems dan social problems, menjadi problematik yang bisa timbul. Kejutan kebudayaan (cultural syock) merupakan salah satu implikasi karena pergeseran yang signifikan bagi kehidupan mereka. Fenomena ini terjadi kerena belum meratanya pola pendidikan dan penyadaran seimbang terhadap mereka sehingga terkadang mereka melakukan kegiatan yang bisa membahayakan sistem sosial (baca : pemerintahan) dalam rangka memenuhi kebutuhannya atau dipenuhinya tuntutan mereka walaupun pada dataran teoritis apa yang mereka tuntut tidak signifikan dengan hukum perubahan sosial yang ada.

Pada konteks pemerintahan, terma perubahan sosial perlu untuk mendapatkan perhatian yang penuh. Harus dipahami bahwa birokrasi selain merupakan organisasi administratif negara yang berfungsi menjalankan tata pemerintahan, juga diharapkan mendorong proses demokratisasi dan pembangunan politik. Dengan kata lain birokrasi bukanlah semata mata persoalan administratif saja tetapi juga bersifat politis dan berkaitan dengan masalah kekuasaan.

Berjalan atau tidaknya suatu pemerintahan, sangat ditentukan bagaimana proses dialetika sosial yang mereka dapat jalankan. Bagaimana mereka membangun suatu pola atau metodologi interaksi dan integrasi sosial dengan masyarakatnya sehingga tujuan pemerintahan yaitu proses institualization (baca ; pelembagaan) dapat benar-benar maujud dengan segala komponen-komponennya. Masyarakat (lingkungan sosial) kemudian memberikan pengakuan tentang pemerintahan tersebut sehingga tercipta sinergitas antara pemerintah dengan rakyat. Pemerintah kemudian bisa menJalankan pemerintahan karena pemerintah mampu memberikan interpretasi terhadap realitas sosial sehingga program pemerintahan selau kontekstual sifatnya, dapat mengurangi reaksi negatif rakyat. Untuk membangun reaksi positif masyarakat terhadap pemerintah tidak terlepas dari peranan pemerintah untuk memberikan kegiatan penyadaran secara kritis kepada masyarakat bagaimana pemerintahan tersebut dijalankan sehingga posisi dialogis bisa menJadi (becoming).

Dalam lingkup pemerintahan perlu untuk memposisikan diri sebagai partner dialog dengan masyarakat, perlunya dihindari terjadinya hegemoni kekusaan terhadap rakyat di mana tercipta proses Bureauctatic Polity dimana kekuasaan dan partisipasi politik dalam pengambilan keputusan berda di tangan pemerintah sehingga terjadi pelebaran fungsi birokrasi dan menguatnya fungsi negara Vis a Vis masyarakat, menempatkan fungsi hegemonik pemerintah terhadap rakyat. Maka kepatuhan dan kesadaran yang muncul dari sini adalah kepatuhan naif. Dalam bahasa Paulo Freire sebagai kesadaran naif atau intransitif, dan bukan kesadaran kritis transformatif, sehingga sewaktu-waktu rakyat akan melakukan perlawanan secara frontal. Maka maraklah berbagai macam kekerasan terhadap pemerintah yang dilakukan oleh rakyat yang tidak terdasarkan secara kritis. Mereka melakukan apa saja untuk memenuhi tuntutan mereka, dan jika tidak diselesaikan dengan baik maka konflik yang mengarah kepada lahirnya kekerasan acapkali terjadi.

intelektual organik

Menurut model kuntowijoyo, dalam masyarakat kita ada beberapa klasifikasi kelompok masyarakat, yaitu : militer, bisnis, politisi, birokrasi dan intelektual.

Militer, Sistem pengetahuan mulilter, setidaknya berada pada dua hal yaitu disiplin dan konsensus. Disiplin menjadikan militer organisasi yang paling solid. Reference group yang solid itu berdampak pada self comfidence yang tinggi, sehingga kalau tidak hati-hati bisa jatuh pada disiplin yang kaku dan otoriter. Sementara konsensus sangat dipengaruhi oleh fenomena sejarah politik. Ketika dalam situasi revolusi, maka konsensus, baik vertical maupun horizontal adalah sesuatu yang dirasa perlu untuk dilakukan..

Bisnis,Kelompok masyarakat ini punya paradigma dan ideologi utilitarianistik, sehingga mereka tidak terlalu peduli sebuah model pemerintahan seperti apa yang sedang berjalan. Yang mereka pedulikan adalah apakah pemerintahan itu menguntungkan atau tidak dalam kacamata bisnis? Jadi agak musykil mengharapkan mereka menjadi reformer transformative bagi sebuah sistem yang demokratis, sebab mereka akan mendukung gagasan ini, jikalau menguntungkan proyek mereka. Kelompok ini kita sebut saha englightened self interest..

Politisi.The art of the possible adalah mindset kelompok ini. Bagi mereka collective interest lebih dominan ketimbang kebenaran, fakta, dan kadang-kadang mereka lebih memilih dikerangkeng dalam apa yang disebut “disiplin partai” dari pada memilih kesadaran, nurani. Obsesi mereka adalah kekuasaan.

Birokrat. Hirarki adalah jaringan yang bisa memerangkap kelompok ini dalam garis komando yang menuntut mono loyalitas seperti dalam militer. Selain itu juga kultur feodalistik masih mewarnai pola pikir mereka, maka bureauncratie curuption akan menjadi pelaku yang menggerogoti massa.

Intelektual. Mereka berumah diatas angin, kata W.S Rendra. Komitmen pada masa depan mengharuskan mereka bekerja dalam sepi, menjadi “Pertapa”, kata Kuntowijoyo. Intelektual merupakan lapis menengah yang relatif independen, dan visinya adalah concerned citizen. Tetapi ada intelektual yang menjadi teknisi dari elit kekuasaan, elit bisnis, atau sebuah OPP:mereka bukan intelektual tetapi avountourir. Jadi mungkinkah intelektual yang “berumah diatas angin”, yang bekerja dalam sepi laksana “pertapa” seperti yang disebutkan oleh W.S Rendra dan Kuntowijoyo diatas, menjadi reformer transformative? Rasanya ini terlalu elitis, kita butuh intelektual populis yang tidak detachment (berjarak) dengan realitas rakyat.

Maka untuk itu kita perlu menyimak apa yang diujarkan Antonio Gramsci, sebagaimana dikutip oleh Roger Simon:



“…kesalahan-kesalahan intelektual terdapat dalam keyakinan bahwa adalah mungkin untuk mengetahui tanpa pemahaman dan khususnya tanpa perasaan dan keinginan (passion)…



Bahwa intelektual dapat menjadi seorang intelektual ..Jika ia berbeda dan melepaskan diri dari masyarakat – bangsa (popolo – nazione) tanpa perlu merasakan keinginan dasariah rakyat, memahami dan menghempaskannya dalam situasi histories tertentu , menghubungkannya secara dialektis dengan hukum-hukum sejarah, dengan konsep besar dunia… Sejarah dan politik tidak bisa diciptakan tanpa keinginan, tanpa keterikatan emosional antara intelektual dan masyarakat – bangsa hanya akan menjadi hubungan yang murni bersifat birokratis formal;intelektual akan menjadi sebuah kasta atau kependetaan…



Dan ketika rakyat semakin tercerahkan, maka Negara akan semakin demokratis dan terhindar dari kuasa Hegemonik., oleh Gramsci. Dari sinilah harapan kita akan sebuah peradaban yang disebut sivil society bisa diwujudkan. Gerakan pendidikan kritis ditingkat grassroot akan memungkinkan menjadikan masyarakat memiliki kesadaran akan hak-hak politiknya. Sehingga dalam proses bernegara rakyat tidak lagi menjadi obyek akan tetapi merupakan subyek perubahan.Oleh karena itu kita butuh intelektual yang memiliki keterlibatan langsung dengan realitas social, yang punya fungsi social, dan secara sadar terlibat dalam proses penyadaran dan pendampingan (advokasi) problem masyarakat. Inilah yang disebut



Jadi untuk untuk menciptakan political balances, maka pendidikan kritis bagi rakyat adalah key word yang menjadi keniscayaan.

manajemen pembelajaran inspiratif.

Sumber ilmu pengetahuan tidak lagi terpusat pada lembaga pendidikan formal yang konvensional. Akan tetapi sumber ilmu pengetahuan akan tersebar dimana-mana dan setiap orang akan dengan mudah memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan. Paradigma ini dikenal sebagai distributed intelligence (distributed knowledge). Fungsi guru (tenaga pendidik) pendidikan akhirnya beralih dari sebuah sumber ilmu pengetahuan menjadi mediator ilmu pengetahuan. Proses long life learning dalam dunia informal yang sifatnya lebih learning based daripada teaching based akan menjadi kunci perkembangan sumber daya manusia.Ilmu pengetahuan akan terbentuk secara kolektif dari banyak pemikiran yang sifatnya konsensus bersama. Pemahaman akan sebuah konsep akan dilakukan secara bersama. Tenaga pengajar tidak lagi dapat memaksakan pandangan dan kehendaknya karena mungkin para siswa memiliki pengetahuan yang lebih dari informasi yang mereka peroleh selama ini. Keadaan ini dikenal sebagai generation lap (kebalikan dari generation gap). Proses interaksi elektronik, diskusi melalui berbagai Internet mailing list, newsgroup, IRC, Webchat merupakan kunci proses pembentukan collective wisdom ini.Implikasinya, kurikulum tidak lagi menjadi kurikulum resmi yang rigid (kaku), akan tetapi akan selalu berubah beradaptasi dengan berbagai perkembangan sesuai dengan collective wisdom yang diperoleh dari waktu ke waktu.Akreditasi, sertifikasi dan pengakuan akan lebih banyak di tentukan oleh masyarakat profesional. Dengan kata lain masyarakat profesional yang akan menjadi penilai (quality control) dari lembaga pendidikan yang ada. Kontrol dilakukan dari kemampuan para alumni sehingga setiap lembaga pendidikan guru secara individual akan dinilai langsung oleh masyarakat profesional.Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka Departemen Pendidikan Nasional menggulirkan program sertifikasi bagi para guru (tenaga pengajar) untuk meningkatkan etos profesionalisme. Fortofolio, track record, Curriculum Vitae, Resume, referensi merupakan instrumen yang jauh lebih penting dan ampuh daripada sekedar ijasah resmi dari lembaga pendidikan. Dengan sertifikasi dan pengakuan ini, menghasilkan konsekuensi menarik bahwa seseorang dengan sertifikat nasional ini dapat bekerja dimana saja. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi konsep-konsep lama di lembaga pendidikan formal.Mutu pendidikan di Indonesia dewasa ini masih rendah. Human Development Indeks yang diterbitkan oleh UNDP masih menempatkan Indonesia pada peringkat bawah dari beberapa negara yang disurvey dari sisi pengembangan sumber daya manusia. Kenyataan lain, data yang dikeluarkan oleh International Association For The Evaluation Of Education Achievement IEEA (dalam Muhaimin 2000) menunjukkan bahwa dari 27 negara yang distudi, murid SD Indonesia berada dalam peringkat 26 dalam hal kemampuan membaca. Begitu pula pada siswa sekolah menengah dari 36 negara yang distudi, prestasi akademiknya berada pada peringkat 32 dibidang IPA dan 34 di bidang matematika. Impliklasinya, struktur tenaga kerja di Indonesia sangat menyedihkan dimana hanya 63,3 % berpendidikan SD ke bawah, sementara tiap tahun terjadi penambahan angkatan kerja baru sekitar 2 juta orang, dan yang terserap oleh lapangan kerja hanya berkisar 20 %. Jumlah pengangguran berkisar antara 37,5 juta orang.(Tilaar 2002).

gara2 tulisan seorang cerpenis,dan gara2 chating dengan anak geologi

membaca sebuah catatan di sebuah facebook seorang penulis yang aku kenal, membuat aku menjadi manusia paling kerdil, makasih ya facebook kau telah membantu ku, belakangan ini ternyata aku telah lupa dengan kata-kata yang juga sering ku dengar, yang kata-kata tersebut menjadi motivasi yang begitu berharga buat kehidupan dan juga buat mereka percaya dan sering menyebutkannya.

Namanya pay jarot sujarwo, aku di kenalkan oleh teman, seorang, penulis, cerpernis yang merupakan sahabat seorang teman, aku mengenal pay pada sebuah diskusi dan nama teman yang mengenalkan ku pada pay, adalah Amrin, ya amrin seorang cerpenis pula yang sekarang menjadi seorang guru di jantung Kalimantan, dan tetap setia menjadi cerpenis sama seperti sebelum menjadi seorang guru, dia tetap menulis, karena mungkin menulis menjadi monument paling abadi dalam kesejarahan manusia (kata pramudiya)

Tak penting mungkin kuceritakan bagai mana aku dan pay kenal yang di kenalkan oleh seorang amrin, yang ingin ku ceritakan sebenarnya adalah sebuah kata yang membuat ku malu karena tidak pernah mengubrisnya secara serius, tetang kata-kata tersebut dalam tulisan ini yang seharusnya menjadi sebuah lokomotif hidup ku yang semakin hari ku rasa hanya sekedar rutinitas manusia normal. Aku ingin abnormal seperti pay jarot yang tetap konsisten pada kesetian , ya kata-kata itu yang ku maksut’setia pada proses’. Seharus nya aku juga harus setia pada proses, agar hidup ku juga abnormal. Aku terlalu asyik dengan siklus hidup ku, hanya mengikuti alur waktu yang berjalan cepat, yang tidak mengindahkan de javu manusia.

38 menit berlalu aku asyik dengan catatan facebook Pay Jarot Sujarwo yang di beri judul Setia kepada proses di posting 28 Februari 2011, aku di kejutkan oleh chating dari seorang rekan yang juga mengenal pay jarot dan sahabatnya amrin, tampil dengan nama Bocah Lemoet facebook dia menyapa:

Bocah Lemoet : hmhh

aku serta mertamemberi layanan balasan ; ‘setia pada proses’ aku jawab sesuai dengan apa yang aku sedang baca saat itu, 36 menit yang lalu kembali datang dengan komentar darinya,

Bocah Lemoet ; hahahha..

kembali ku respon dalam obrolan dunia maya tersebut ‘itu kata pay jarot’, sembari memberi komentar tambahan, ‘sya suka dengan falsafah tersebut’

kembali boecah lemoet member respon,

Bocah Lemoet ; saya lebih suke setia pada siklus

Dan terjadilah diskusi seperti ini:

Ardi Bumi Trisula ; sya suka pada proses, siklus sye berada pada level anjlok

Bocah Lemoet ; itulah siklus,,kadang turun kadang naik,,kadang atas,,kadang di bawah.

Ardi Bumi Trisula ; sya mau setia pada proses, biar tetap maju ,tidak mundur tidak juga kebawah,

Bocah Lemoet ; hahaha...silahkan memilih..Top of Form

Ardi Bumi Trisula ; bukan sekedar memilih , tapi aku mau u berkomentar kenapa kau suka pada siklus

Bocah Lemoet ; setia pada siklus kehidupan bang,,,setia pada detik2 ny,,,setia terhadap apa pun yang terjadi dan belum terjadi..



seperti magma yang kadang karena perubahan temperatur dan tekanan menjadi metamorf,,atau kadang menjadi sedimen,,lapukan,, beku...tapi akhirnya kembali ke magma juga...seperti air di serap panas,,,jadi uap,,,awan,,,hujan,,,akhirnya kembali ke air juga...

kita semua kembali ke titik asal kita kembali bang,,manusia dari tanah,,kembali ke tanah ke bumi. Sembari membaca tulisan pay jarot yang masih tersisa, aku kemudian membalas layan chating yang di tujukan pada ku oleh Bocah lemoet : ” aku percaya dengan siklus yang kau tampilkan secara ilmiah, aku tak banyak yau tentang siklus yang kau maksud tapi aku coba untuk mengerti apa yang kau jabarkan, tapi aku lebih memahami hidup ini hanya dalam tataran proses, tidak ada sejarah umat manusia yang pernah terjadi dua kali semuanya berjalan dengan putaran waktu yang terus berdentangaku percaya akan proses waktu. tapi tidak 100% percaya, karena waktu klo hanya di ikuti dengan melangkah saja rasanya cape, terkadang kita butuh kendaraan agar kita lebih memahami jarak tempuh, bukan hanya sekedar kecepatan dalam menempuh jarak dengan kendaraan yang kita naiki dalam sebuah perjalanan tapi juga kenikmatan yang lain kita bisa dapatkan..maksud ku kendaraan hidup adalah proses kita dalam menjalaninya ...apakah dengan pengetahuan pengalaman atau dengan pengetahuan yang kita dapatkan secara formal di akdemik dan juga dalam prosesnon akademis yang endingnya kita bisa lebih baik dario hari ini ”. itu pendapat ku….

Dan akhirnya aku menulis dan kuposting , dan aku ngantuk….aku tidur...makasih ya pacebook...makasih ya

Minggu, 02 Januari 2011

CERITA DARI NEGERI PARA FILOSOF TENTANG FILSAFAT CINTA

Carilah cinta yang sejati, yang ada hanya pada-Nya.
Carilah cinta yang hakiki, yang hanya ada pada-Na yang Esa.
Carilah cinta yang abadi, yang ada hanya pada-Nya.
Carilah kasih yang kekal selamanya, yang ada hanya pada Tuhanmu
(Raihan ; Carilah Cinta.)

Alkisah zaman dahulu kala di negeri para filosof di sebuah padang rumput yang luas terjadi sebuah dialog yang sangat indah antara seorang pemuda dengan seorang filosof, dimana pemuda tersebut mengajukan beberapa persoalan tentang cinta kepada sang filosof. Berikut kutipan dialog antara keduanya.

Pemuda : Wahai sang filosof bisahkah anda memberitahukan kepada saya apa itu cinta ?

Filosof : Cinta adalah suatu perasaan yang niscaya ada pada manusia tetapi, perlu diketahui bahwa rasa pada manusia akan diperhadapkan kepada dua pilihan rasa yang sangat kontradiksi yakni rasa cinta itu sendiri dan rasa benci, sehingga kehadiran cinta akan meniscayahkan hilangnya benci dan sebaliknya hadirnya benci meniscayahkan hilangnya cinta, ibarat hadirnya gelap meniscayahkan hilangnya terang dan begitu pula sebaliknya hadirnya terang meniscayahkan hilangnya gelap, dan seterusnya.

Pemuda : Wahai sang filosof kalau begitu adanya, bisahkah anda memberitahukan kepada saya apa yang menjadi prasyarat hadirnya cinta pada seseorang ?

Filosof : Cinta hadir karena adanya karena kesempurnaan yang kita dapati pada apa yang kita cintai dimana kita tidak mungkin mancintai sesuatu yang tidak sempurna, sehingga rasa cinta bisa kepada orang tua, taman, sahabat, nenek, nabi, dewa dan apa saja yang kita merasa, memikirkan, mencermati dan seterusnya bahwa ada kesempurnaan pada sesuatu tersebutr.

Pemuda : Wahai sang filosof kalau begitu tunjukan kepada saya tentang konsep manusia sempurna ?
Filosof : Baiklah secara global, berbagai macam padangan mengenai manusia sempurna atau insan kamil dapat diringkas dan disimpulkan dalam beberapa pandangan pokok, antara lain;

1. Pahaman Akal.
Yang melihat keutamaan manusia dari segi akalnya lebih dari segi-segi yang lain dan berkeyakinan bahwa hal yang paling istimewa pada diri manusia yang sekaligus menjadikan manusia sebagai manusia adalah akalnya. Yang dimaksud dengan akal disini adalah kekuatan untuk berfikir dan bernalar.
Filosof-filosof Yunani tedahulu dan juga sebagian dari filosof-filosof Islam seperti Abu Ali Sina termasuk diantara mereka yang berpandangan demikian. Mereka berkeyakinan bahwa insan kamil adalah manusia yang hakim (berakal dan bijaksana) dan kesempurnaanya terletak pada kesempurnaan hikmah atau akalnya.
2. Pahaman Isyq.
Pahaman isyq atau irfan ini menyatakan bahwa kesempurnaan manusia terletak pada isyq atau cintanya pada Allah SWT dan kemana isyq ilahi itu menbawanya. Penganut paham isyq sama sekali tidak meyakini akal, nalar ataupun argumentasi rasional. Mereka hanya meyakini kekuatan ruh manusia. Menurut mereka, ruh manusia benar-benar bergerak secara ghaib menuju suatu tempat dimana manusia akan sampai pada Tuhannya.
Kaum isyq menyatakan bahwa akal saja tidak cukup untuk membawa manusia menuju kesempurnaan. Akal hanya merupakan suatu bagian dari keseluruhan wujud manusia. Akal bersifat parsial, bukan universal. Akal tak ubahnya seperti mata, yang hanya berperan sebagai sebuah indera dari indera yang lain. Nilai dan esensi manusia adalah ruhnya. Ruh merupakan jauhar yang datang dari alam isyq dan tidak bergerak kemanapun kecuali menuju Allah SWT.
3. Paham Qudrat (kekuasaan).
Paham Qudrat, yang tidak bersandar baik pada akal maupun pada isyq, akan tetapi pada kekuasaan. Manusia sempurna atau insan kamil, menurut pahaman ini adalah manusia yang berkuasa, dan kesempurnaan terletak pada kekuasaan yang juga berarti kakuatan.
Pada masa Yunani kuno terdapat suatu golongan yang dikenal dengan sebutan kaum “sophis”. Mereka ini dengan lantang mengatakan bahwa ke-berha-kan dan kebenaran adalah kekuatan dan kakuasaan. Dimana ada kakuasaan, di sana ada kebenaran dan sebaliknya, dimana ada kebenaran , disana pasti ada kekuasaan. Menurut mereka, kebenaran pada dasarnya adalah kekuasaan itu sendiri, sedangkan kelemahan sama dengan ketidak benaran dan ketidak berhakan. Mereka berkayakinan bahwa manusia harus memusatkan seluruh daya upayanya untuk mendapatkan kekuatan dan kekuasaan serta tidak boleh membatasi dirinya dengan apapun untuk meraih kekuasaan tersebut.
4. Pahaman Kelemahan.
Sebagai mana pahaman akal berlawana dengan pahaman isyq, pahaman kelemahan juga berlawanan dan menolak paham kekuasaan. Sebagian orang berlebihan melecehkan paham kekuasaan dan hanya melihat bahwa kesempurnaan manusia terletak pada kelemahanya. Menurut golongan ini, manusia sempurna adalah manusia yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Jika seseorang memiliki kekuatan dan kekuasaan ia akan terdorong untuk berbuat hal-hal melampai batas dan merugikan orang lain demi kepentingan pribadinya.
5. Pahaman Mahabba.
Paham lain yang juga mengemukakan pandangannya tetang insan kamil adalah paham mahabba atau pahaman ma”rifah, dalam arti “ ma”rifat al-nafs”. Dalam paham ini ditegaskan bahwa semua nilai kesempurnaan manusia terdapat pada dirinya sendiri. Paham ini menyatakan: “ketahuilah siapa sebenarnya dirimu. Singkaplah sermua rahasia yang masih tersembunyi tentang dirimu, niscaya kau akan mencapai kesempurnaan.
Menurut pahaman ini, insan kamil adal;ah manusia yang telah mengetahui jati dirinya. Jika seseorang telah mengetahui jati dirinya, maka ia akan dapat menguasainya. Dan jika ia mampu menguasai dirinya, maka ia akan dapat mencintai sesamanya.
6. Dua Aliran Lain.
Pada dua atau tiga abad terakir ini telah muncul dua aliran yang lebih cenderung pada segi sosial ketimbang segi individual. Salah satu dari keduanya menyatakan bahwa insan kamil adalah manusia tanpa kasta. Aliran ini menyakini bahwa jika sekelompok manusia berada pada kasta tertentu, khususnya kasta-kasta tinggi, maka mereka selalu akan menjadi manusia yang tercela. Bahkan dalam masyarakat yang berkasta, sama sekali tidak akan pernah ditemukan manusia yang baik dan sempurna. Aliran ini pada dasarnya tidak begitu meyakini keberadaan manusia yang sempurna dan ideal, karena aliran ini memang tidak pernah mmberi nilai tinggi pada manusia itu sendiri.
Alhasil, menurut paham ini insan kamil adalah manusia yang tak berkasta dan selalu hidup dengan sesamanya pada sesuatu tingkatan yang sama.
Adapun paham yang satu lagi lebih banytak menekankan pada masalah kebebasan dan kesadaran (sosial). Paham yang dikenal dengan nama eksistensialisme ini memang lebih banyak bersandar pada kebebasan, kesadaran dan tanggung jawab sosial. Insan kamil ialah manusia yang bebas, sadar dan bertanggungjawab.
7. Paham Keterpenuhan.
Paham ini memiliki kemiripan dengan paham kekuasaan. Menurut paham ini istilah insan kamil yang mengacu pada manusia yang bijaksana, mengenal siapa Tuhanya, mengetahui jati diri dan seterusnya, hanyalah omong kosong belaka. Satu-satunya jalan untuk mencapai kesempurnaan insani ialah dengan berusaha memenuhi semua kebutuhan, keperluan, dan fasilitas hidup. Sejahu kemampuan seseorang dapat memanfaatkan pemberian-pemberian alam, maka sejahu itu pula ia akan menyandang kesempurnaan dalam hidup ini. Insan kamil adalah manusia yang terpenuhi segala kebutuhan hidupnya.


Pemuda : wahai sang filosof kalau begitu, bagai mana Islam melihat tentang konsep manusia semppurna ?

Filosof : sebagi garis besar, perlu kita ketahui betapa Islam sangat menghargai dan memberikan nilai cukuptinggi kepada (yang mereka sebut dengan ) akal, isyq, kakuasaan, masyarakat tanpa kelas, ma”rifatun al-nafs, tanggu jawab sosial dan seterusnya. Secara sederhana Islam menyebut manusia sempurna dengan istilah Ulil Albab yang disewbut sebanyak enam belas kali dalam Al-Qur-an. Adapun perincian karesteristik tersebut adalah:
1. bersungguh-sungguh mencari ilmu (Q.S. 3:7), sehingga memperoloh hikmah atas anugerah Allah (Q.S. 2:269). Ini ditandai dengan kesenangan menafakuri ciptaan Allah di langit dan dibumi (Q.S. 3:190, dan 39:21), maupun pelajaran dari sejarah (Q.S. 12:111, dan 38:43)dan kitab-kitab yang diwahyukan oleh Allah (Q.S. 38:29, dan 40:54).
2. Kritis dalam mencermati berbagai pendapat, maupun memilih yang benar dan terbaik (Q.S. 39:18), tegas dalam mengambil sikap dan pemihakan atas pilihanya (Q.S. 2: 173), serta tidak terpesona oleh pandangan mayoritas yang menyesatkan (Q.S. 5:100).
3. Berdakwah dengan sungguh-sungguh kepada masyarakat dan bersedia menanggu segala resikonya (Q.S. 13: 19-22 dan 14: 52). Terutama sewkali ditandai dengan kesediaan menyampaikan peringatan kapada masyarakat serta mengajarkan ilmu.
4. Hanya takut kepada Allah (Q.S. 2: 197 dan 65:10).
5. bangun dan beribadat di tengah malam (Q.S. 39: 9).

Pemuda : Wahai sang filosof ,didunia ini ada berapa aktivitas manusia dan cinta termasuk pada aktivitas yang mana.?

Filosof : Aktivitas pada manusia ada dua yaitu aktivitas menyenangkan dan aktyivitas politik, dimana aktivitas menyenagkan adalah aktivitas yang dilakukan hanya demi kepuasan tanpa pertimbangan akal yang matang , misalnya seseorang akan tetap mengkonsumsi es batu atau air es demi kepuasaanya walaupun sudah dilarang oleh dokter karena penyakitnya, sedangkan aktivitas politik adalah aktivitas yang dilakukan karena sudah melalui pertimbangan akal yang matang apakah sesuatu itu baik dilakukan atau tidak, misalnya seseorang tidak mungkin mengkonsumsi es batu atau air es karena penyakitnya meskipun dia sangat menginginkanya.
Dan cinta termasuk dalam aktivitas politik, dimana kita mencintai sesutu bukan karena kesengangan, nafsu, materi,tetapi karena melalui pertimbangan akal yang sangat, tentunya kita akan melihat sesuatu itu sempurna untuk dicintai atau tidak.


Refleksi Penutup.
Serasa belum sempurna tulisan yang dihadirkan ini, namun setidaknya dapat ditarik benang merah guna merakit wacana cinta yang labih luas lagi dan lebih rasional sehingga kita dapat melakoni dunia cinta dengan rasional dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai predikat kita yakni insan akademis. Wasalam.

andi suhardiman ibnu hasyim :

Jumat, 10 Desember 2010

perempuan-permpun ku

permpuan KU di titik nadir,....

berkeluh seorang wanita pada ku

... anak ku,.

terlampau besarkah perasaan mu untuk tidak bergidik dari sebuah percobaan...

aku, hanya ingin melihat mu berdiri di atas tebing kemungkaran yang pernah kau lalui...

aku hanya inggin sedikit kebahagian mu yang mungkin saat ini masih tertunda...

anak ku bangun lah di kala mata ku masih ingin melihat mu bukan dalam tensi yang tinggi

tapi cukup dengan kebahagiaan yang sederhana saja\



anak ku....

bangunlah,

kibaskan selimut jingga mu yang tak pasti

...itu hanya dalam nafsu dan igau.... semu... mu



bulan ke lima 2010

indonesia gak nyambung

diam-diam aku mulai tertarik dengan negara indonesia dengan berbagai predikat yang unik dan membuat kita bangga, ya kita mesti bangga, dengan kebangaan terhadap negeri ini kita akan menjadi mencintainya...hehe cinta tanah air...patriotik.

tapi pernah ngak kalo kita mikirin kebangaan setiap simbol yang ada di negeri ini.

klo ada pernyataan bahwa negeri kita adalah negeri surga, pasti tanpa komando kita bakalan sepakat dengan hal tersebut...iya kan

trus...klo ada pernyataan yang mengatakan klo negara kita adalah negara dengan kekayaan yang mewakili setiap kekayaan yang ada di planet bumi, mukin kita akan mengatakan, so pasti...

trus klo ada pernyataan negara kita semenjak orang kulit putih menginjakan kakinya ketanah nusantara sampai sekarang dengan kondisi masyarakatnya masih dijajah, wah mungkin akan menimbulkan hiruk pikuk baru dan mungkin berjibaku untuk memprotes pernyataan tersebut...gini cerita na sampai aku berfikir jorok seperti itu:

dulu waktu yang nulis ini lagi jadi anak kuliahan (men.. sekarang udah sarjana, meski masih ngangur), sempat beda pendapat klo yang namanya indonesia itu merdeka ato belum merdeka. sebelum lanjut aku minta maaf deh ama mereka yang mungkin tersakiti dengan ni tulisan, ok... maafin aku yah..

pernah ngak kepkiran ama kalian klo negeri yang di pimpin oleh seorang presiden yang berkedudukan di istana merdeka, jakarta pusat entu...merupakan lanjutan Hindia belanda pada zaman ne2k n kakek kita masih belia, sampai sekarang masih sama aja cuman sekarang kita di kolonial kan ma bangsa sendiri...

faktanya ringan nya gini...

kebetulan penulis nyebutin istana merdeka...entu gedung punya sejarahnya sendiri yang kemudian dipakai oleh para pemimpin kita sebagai simbol negara merdeka. sejarahnya begini :

" Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Louden dan selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Johan Willem van Landsbarge. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 2.400 meter persegi, oleh arsitek Drossares. Istana Negara juga dikenal dengan nama Istana Gambir.

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, istana ini menjadi saksi sejarah dilakukannya penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Republik Indonesia Serikat diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Kerajaan Belanda diwakili oleh A.H.J Lovink, Wakil Tinggi Mahkota di Indonesia.Setelah penandatanganan naskah kedaulatan Republik Indonesia Serikat, bendera merah putih dikibarkan menggantikan bendera Belanda, bersamaan dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya dan pekik merdeka oleh bangsa Indonesia. Sejak saat itu nama Istana Gambir diganti menjadi Istana Merdeka".

nah kira2 begitu sejarah nya gedung ini....

ajaibkan bila dikatakan merdeka, klo sang pemimpin negara ini masih menduduki gedung tersebut, kemudian mengatakan bahwa dirinya adalah seorang konsekwen dengan menjalan kan UUD, tapi pada kenyataan nya malah menduduki simbol kejayaan kolonial londo di negeri ini, dan buruknya mereka juga angkuh seperti gebernur jederal masa hindia belanda yang menerapkan pendekatan militeristik sebagai pemersatu bangsa ini hihi...

itu baru gedung yang kita bicarakan, belum undang-undangnya yang juga merupakan peningalan kolonial , belum sejarahnya yang masih samar-samar dan sebagai nya, jadi kongkritnya kemerdekaan negeri ini masih di pertanyakan, secara fakta simbolitasnya maksud penulis gitu?





negeri kita sebenarnya punya opsi lain untuk mensejahterakan rakyatnya dan membesarkan namanya dengan melihat relik sejarah yang ada seperti sejarah nusantara ini sebelum londo, dai nipon dan adanya indonesia... sejarah negara kita tidak terlepas dari kekuatan militer itu kan yang sering diajarkan kepada kita sebagai memupuk patriotisme bangsa ini tapi jarang pendekatan lain yang di pakai dalam pembelajaran sejarah untuk memupuk optimisme bangsa untuk lebih maju...

kita bisa lihat sejarah sriwijaya yang menjadi negara maritim terhebat dalam babat sejarah maupun sejarah ekonomi aupun sejarah sastra dan sejarah pendidikan, dan semuaitu juga tidak terlepas dari rasa aman dan stabilitas negeri, tapi negara maritim sriwijaya lebih mendahulukan unsur lain selain militer ntuk pembangnnan negerinya,iya kan?....itu tentang sriwijaya...

trus bagai mana dengan majapahit, dengan patihnya sang pemmpi gajah mada?

negeri terbesar yang pernah ada di nusantara ini merupakan negeri agraris yang memperkuat pertahan militernya untuk penaklukan ketimbang pengutan militer untuk stabilitas negeri...tapi uninya sejarah majapahit ini di jadikan reperensi utama untuk indonesia, apa ini terkain dengan geografisnya di jawa ya, yang kebetulan ibukota negeri kita di jawa pula, yang kebetulan para pemimpinnya berasal dari sana, seandainya mungkin, peimpin negeri kita dari sumatena ato yang lain mungkinkah negeri ni akan mengadopsi sejarah sriwijaya sebagai cermin sejarah dan proyeksi kedepanbangsa ini..bangsa indonesia pernah memiliki pemimpin yang mengadopsi sejarah sriwijaya kedalam perjuangannya untuk menjsejahterkan negeri ini " BUNG HATTA" dengan jiwa ekonomi kerakyatan dan kecintaan dan kepedulian pendidikan sepabagi prioritas pembangunan..seandainya adalagi hatta yang lain....hehe gak nyambung kan dari atas kebawah...hihiiii

mata binar medio 2008

untuk dia yang memandang ku dengar sorot mata yang binar...aku masih ingat saat itu...sekarang dia hadir dengan romansa yang sama di setiap lelap saat ku mulai lelap dan sediap sadar saat ku tersadar....



yang jelas aku selalu cinta n sayang ma dia...

sempat terpikir oleh ku ini hanya serenade, tetapi ternyata ini lebih dari yang ku kira serenade... aku benar-benar mencintaiinya dai beberapa tahun yang lalu sampai kuhadirkan melalui tulisan ini....dia yang menatap ku dengan sorot mata yang indah dengan pertanyaan yang mungkin harus ku buktikan dan ku pahami sebagai sebuah kata takdir...aku untuk nya ataukah dia dan aku untuk bersama....



tapi aku punya sedikit kesulitan, bahkan aku sulit untuk mengatakan bahwa aku mencintainya dengan tulus bukan sebuah obsesi, juga bukan sebuah hobby...aku benarbenar mencintainya, aku hanya ingin bersamanya...



akhir2 ini aku semakin ingin mencintainya...dalam tatapan lembut, dia hadir dengan kulit yang dulu pernah ia pakai sebagai sebuah kharomah jiwanya...dia kembali dengan sujud2sujud nya yang dulu pernah juga ku lakukan saat ku ingat bahwa aku adalah sebuah ciptaan.aku semakin senang dan bangga kalo semua itu terjadi, aku bahkan siap untuk melabuhkan biduk saat dia minta sekarang...aku tidak ingin terus bermimpi...aku juga ingin bahagia seperti simbol-simbol yang lain juga bahagia...



edelweis....aku sering mengangap dia adalah edelweis, ya edelwei bunga keabadian yang banyak oleh segelintir orang rela mendapatkan setangakai bungan edelweis itu sebagai tanda cinta, aku juga melakukan hal itu...bahkan aku memberanikan diri untuk memperoleh kan bunga tersebut di puncak keramat, tapi aku gagal mempersembahkan untuknya.. tapi hal itu, tetap mempatrikan dirinya sebagai edelweis ku...bungan keabadian cinta, dari setetes mahakarya yang dititip kan kepada ku...

5 menit

lima menit pertama ;
jalanan mulai berembun setelah tersiram berkah dari atas... masih sejuk bahkan semakin sejuk semenjak aku mulai dengan anagan dingin ku akan masa lalu ku
lima menit kedua :
anak2 mulai dengan sepeda BMX nya masing2, bak ofroder handal mereka membuat sejuk setelah hujan menjadi hiruk pikuk seru ala mereka dengan suara menderu kenalpot mulut mereka yang meraung, membahana memecah langit yang masih ingin muntah lagi....
lima menit ketiga :
aku mulai asyik dengan rokok gilingan yang ku beli satu ons di warung depan rumah, mulai asyik dengan kopi tubruk yang ku racik sendiri yang juga ku beli di warung depan rumah, suasana yang membuat kita kembali kemasa lima menit di tahun-tahun yang berlalu ketika kita se usia mereka, dengan pekik yang hampir serupa dengan kaki telanjang bersepak bola bak bintang sekelas toty masa seri A italia masih seru...di masa lima menit itu
lima menit ke empat:
lima menit terus berlalu, dengan suara bocah2 ofroder tetap meraung, dengan rokok dan kopi ku yang mulai sejuk meningalkan kehangatan di bibir hitam ku yang mulai memucat, menua dengan aktivitas yang tak mungkin ku lakukan seperti yang ku ingat dari menit ke tiga lalu
lima menit ke lima :
air-air mulai kembali tumpah ke bumi setelah lima menit,lima menit berlalu dengan riuh antara aku dan mereka yang masih bersua dengan genangan air yang mulai melumpur oleh aksi bocah2 riang.. ada suara sholawat bergema dari mulut raksasa di sebelau rumah ku, dari gedung beratap limas dengan lima corong yang kubilang mulut raksasa, seperti gema yang selalu di pekikan untuk sang perkasa sejati. hari ini hari terakhir tahun ini tahun yang banyak tidak di kenal oleh mereka yang merasa beriman, malam ini malam pergantian tahun yang ku kenal setelah 1431berlalu, besok tahun ke 1432 untuk tahun yang baru...aku hanya bisa berucap dan berharap agar 5 menit dari sekarang dan yang akan datang, "aku mendapat berkah yang berlimpah, serta rahmat yang tidak pernah putus dari dia sang pemilik nama yang sering ku dengar dari bangunan beratap limas, bercorong besar yang mengeluarkan suara2 yang Agung, aku berharap kalian juga begitu...
lima menit berikutnya :
air suci mulai membasuh muka dengan gerakan yang monoton yang di ajarkan abah ku lima menit beberapa tahun lalu yang tetap ku ingat sampai sekarang sebelu aku dan keluarga berdiri berjejer di belakang abah, yang berdiri mematung dengan gerakan yang monoton pula, kata abah kita : bersua dengan Tuhan kita hanya dengan lima menit...untuk lima waktu yang telah di wajibkan untuk ku yang harus ku sampai kan untuk kalian dan berlanjut pada lima menit untuk anak-anak mu kelak...lima menit untuk hidup mu yang memang lima menit...abah ku memang seorang yang memegang lima menitnya untuk lima waktunya.... amin

Sabtu, 18 September 2010

Uma'

hadiah untuk yang bjak sana
permpuan KU di titik nadir,....

berkeluh seorang wanita pada ku

... anak ku,.

terlampau besarkah perasaan mu untuk tidak bergidik dari sebuah percobaan.

aku, hanya ingin melihat mu berdiri di atas tebing kemungkaran yang pernah kau lalui...

aku hanya inggin sedikit kebahagian mu yang mungkin saat ini masih tertunda...

anak ku bangun lah di kala mata ku masih ingin melihat mu bukan dalam tensi yang tinggi

tapi cukup dengan kebahagiaan yang sederhana saja\



anak ku....

bangunlah,

kibaskas selimut jingga mu yang tak pasti

...itu hanya dalam nafsu dan igau.... semu... mu



medio september 2010

Jumat, 17 September 2010

kail yang semakin basi....

ada juntaian tali kail di sepanjang alur yang sebentar lagi kering tersiram cahaya remang pelita siang, mata-mata masih asyik mengawasi gemuruh riang penjaga masih asik dengan gaplek-gaplek nya yang mulai lusuh, anak kecil itu kembali kencing di hilir rakit membuat ciprakan sendiri,sampai tetes air di kemaluan nya malu untuk keluar...

tali kail masih engan bergoyang, padahal sudah lima lintingan yang di hisap habis ...heran padahal tidak menikmati lintingan yang pertama, tembakau yang ku beli di seberang masjid, sama dengan lintingan nipah kakek dulu yang tembakau dan timbanganya sama, 500 perak untuk 1 0ns nya...kakek memang jeli dengan tembakau nya, sedang kan rasanya sama saat kering tiba dikala gemuruh hujan yang mungkin akan datang..

tali kail masih dengan posisi yang tenang 2 jam lalu...
mulai bosan dengan ini
mulai ingin beranjak dari tepian kering yang tadi di kencingi bocah

tak patut sabar lagi dengan kodisi ini, akh...sial ikan nya mungkin lari, mungkin sudah mulai engan dengan umpan basi yang masih terkait di mata kail yang memang mungil....
di jui lagi dengan gamang dan harapan yang makin memenuhi rongga kiri birahi...

jelang pagi...nada Ilahi, mulai datang mengangu mimpi yang memang sunyi...ada daun kering titipan angin jatuh menampar dingin, surya pun datang tali kail masih lesu tak bergidik masih dengan basi yang sangat basi...

sapaan tubuh paksa lari-dan terus berlari, besok telah tiba...mari mandi dan gosok gigi....
hihi diam-diam....ada yang yang usil dengan umpan basi ....akh...hanya mimpi.. tak paham

Senin, 04 Mei 2009

serenade redup ku



Teman adalah seseorang yang dapat saya temui dimana saja. Saya memang mengetahui namanya dan sering bertemu dengan mereka (teman). Banyak persamaan antara saya dan dirinya yang dapat saya temukan, saya bisa merasa nyaman, bahagia bila berada didekatnya. Kadang saya mengundang kerumah untuk berbagi cerita, suka dan duka, namun bukan berarti saya rela berbagi hidup dengannya karena tindakannya tidak saya mengerti sepenuhnya, saya bingun untuk bisa memahaminya.

Di lain pihak seorang sahabat adalah seseorang yang saya cintai, bukan seperti mencintai kekasih, namun karena saya peduli dengan segala sesuatu mengenai dirinya sehingga selalu merasa kehilangan dan terpikirkan jika tidak melihatnya. Sahabat adalah orang yang pertama kali akan melintas dalam benak ketika melihat sesuatu yang disukai atau pun dibencinya. Karena saya sangat mengenalnya dengan baik. Meskipun tidakmelihat orangnya dan tidak memiliki potonya, saya selalu dapat mengingat wajahnya.

Begitu terdengar sebuah lagu, saya tidak sekedar mendengar alunannya yang merdu, namun juga akan mendengar gema bisikan dan canda ria sahabat yang telah menemani. Saya ingin berdiri dan menemaninya lalu mengajaknya berdansa meskipun dia akan menginjak jari kaki tapi saya ingin, meskipun hanya sekejap menyandarkan kepala dibahunya. Salah satu dari sekian banyak orang yang dapat membuat saya merasa aman adalah seorang sahabat karena saya tahu pasti, sahabat juga peduli dengan keadaan saya. Sahabat

menelpon hanya sekedar untuk mengetahui kabar saya, tanpa membutuhkan alasan yang benar-benar jelas.

Dalam kondisi yang serius, sahabat akan selalu berkata jujur kepada saya, meskipun kenyataan terkadang terasa sangat menyakitkan. Demikian pula sebaliknya, namun jika mengetahui saya memiliki masalah maka seorang sahabat akan segera mengajukan diri untuk mendengar atau bahkan membantu mengatasi masalah tersebut. Sahabat tidak akan pernah bermaksud untuk menertawakan atau menyakiti dan jika ternyata saya menderita karena prilakunya maka sahabat akan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. Sadar atau tidak seorang sahabat adalah orang yang sangat saya cintai dengan sepenuh hati.

Siapa yang senantiasa mendampingi saat saya menangis sedih karena masalah yang susah kutanggulangi sendiri atau menghibur saat saya menangis haru saat berhasil, tentu seorang sahabat. Pada saat memeluk seorang sahabat, saya tidak akan pernah berpikir tentang berapa lama harus memeluknya dan tidak peduli siapa yang terlebih dahulu mengakhiri pelukan tersebut. Mungkin sahabat tersebut pada suatu hari nanti adalah orang yang memegang cincing pernikahan saya atau menjadi saksi yang mengantarkan saya menuju kepelaminan atau justru menjadi orang yang saya nikahi. Sipakah dia???????